
Menurut
WHO kemajuan teknologi membuat manusia dipenuhi dengan berbagai
kemudahan sehingga kurang melakukan aktivitas fisik dan cenderung
mengkonsumsi makanan tinggi energi dan lemak. Dampak yang paling terasa
dari kondisi ini adalah terjadinya obesitas dengan segala resiko
kesehatnnya. Risiko obesitas bagi kesehatan memang sangat besar oleh
karena itu menurut WHO, obesitas merupakan epidemi global yang harus
segera diatasi. Obesitas meningkatkan resiko kematian untuk semua
penyebab kematian.
Salah satu penyebab terjadinya obesitas menyebutkan, bahwa obesitas
terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan
energi yang keluar. Banyaknya asupan energi dari konsumsi makanan yang
dicerna melebihi energi yang digunakan untuk metabolisme dan aktivitas
fisik sehari-hari. Kelebihan energi ini akan disimpan dalam bentuk lemak
pada jaringan lemak.
Menurut hukum termodinamik, obesitas terjadi karena ketidakseimbangan
antara asupan energi dan keluaran energi (energy expenditure) sehingga
terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan
lemak dalam jangka waktu yang lama Kelebihan energi tersebut dapat
disebabkan oleh asupan energi yang tinggi atau keluaran energi yang
rendah.
Obesitas merupakan masalah yang rumit, dan untuk mengerti
penyebabnya dibutuhkan tinjauan kasus demi kasus. Manifestasi klinis dan
komplikasi yang sering ditemukan pada obesitas antara lain hipertensi,
penyakit arteri koroner, kegagalan jantung, infeksi saluran napas,
diabetes mellitus, osteoarthritis, dan sebagainya. Hubungan antara
angka kejadian hipertensi dan berat badan meningkat tajam sesuai
peningkatan berat badan.
Salah satu penyebab jantung koroner adalah kebiasaan makanan berlemak
tinggi terutama lemak jenuh. Semakin banyak konsumsi lemak, berarti
semakin meningkat kadar kolesterol dalam darah. Dari hasil penelitian
para ilmuwan dari National Heart, Lung and Blood Institut di Bethesda,
Maryland, Amerika dikatakan bahwa setiap penurunan 1% kolesterol dalam
darah akan menurunkan risiko serangan jantung koroner sebesar 2%.
Resiko penyakit kardiovaskuler, yang ditandai dengan peningkatan
insulin, trigliserida, LDL-kolesterol dan tekanan darah sistolik serta
penurunan kadar HDL- kolesterol, resiko diabetes tipe 2, serta gangguan
ortopedik, yang disebabkan kelebihan berat badan.
Penyakit diabetes mellituss (DM) terjadi karena hormon insulin
yang diproduksi oleh pankreas tidak memadai lagi jumlahnya untuk proses
metabolisme karbohid rat secara normal. Akibatnya, sebagian besar
glukosa yang dikonsumsi tidak dapat diubah menjadi glikogen, sehingga
gula darah bertambah tinggi (hiperglikemia). Sedangkan sebagian dari
kelebihan glukosa dalam darah tersebut akan dibuang melalui urin
(glikosuria) Gejala gejala yang dirasakan penderita penyakit ini adalah
sering merasa haus dan cepat lelah yang disertai penurunan berat badan
meskipun nafsu makan tidak berubah. Hasil penelitian epidemiologi,
menunjukkan adanya kaitan antara konsumsi serat makanan dengan penyakit
diabetes mellitus.
Resource: http://www.indonesian-publichealth.com/resiko-kesehatan-kegemukan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar